Memuliakan Nabi dan Keturunannya , siapa sajakah mereka.?

Ketika membicarakan tentang Keturunan Nabi Muhammad SAW, pasti yang terlintas dipikiran kita adalah sebuah gelar “Habib, Sayyid/Sayyidah, (di daerah saya kudus biasa disebut yik) Syarif /Syarifah". dan setiap penyandang gelar tersebut di haruskan bisa menunjukkan silsilah sampai dengan Nabi Muhammad SAW. Bukankah Keturunan Nabi Muhammad yang Laki - laki wafat sewaktu kecil ?
Bagaimana bisa seorang dengan gelar "habib / sayyid" disebut keturunan / keluarga Nabi.

Satu Riwayat di dalam kitab Riyadhus shalihin:
Dari Yazid bin Hayan, katanya: "Saya berangkat bersama Hushain bin Sabrah dan Amr bin Muslim ke tempat Zaid bin Arqam r.a."
Ketika kita sudah duduk-duduk di dekatnya, lalu Hushain berkata padanya:
"Hai Zaid, engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak sekali, Engkau dapat kesempatan melihat Rasulullah s.a.w., mendengarkan Hadisnya, 
Berperang besertanya dan juga bershalat di belakangnya. 
Sungguh-sungguh engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak sekali. 
Cobalah beritahukan kepada kita apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah s.a.w."

Zaid lalu berkata: "Hai keponakanku, demi Allah, sungguh usiaku ini telah tua dan janji kematianku hampir tiba, juga saya sudah lupa akan sebagian apa yang telah pernah saya ingat dari Rasulullah s.a.w.  Maka dari itu, apa yang saya beritahukan kepadamu semua, maka terimalah itu, sedang apa yang tidak saya beritahukan, hendaklah engkau semua jangan memaksa-maksakan padaku untuk saya terangkan."

Selanjutnya ia berkata: "Rasulullah s.a.w. pernah berdiri berkhutbah di suatu tempat berair yang disebut Khum, terletak antara Makkah dan Madinah. Beliau Rasulullah SAW. lalu bertahmid kepada Allah serta memujiNya, lalu menasihati dan memberikan peringatan, kemudian bersabda: "Wahai sekalian manusia, Sesungguhnya aku ini adalah seorang manusia, 
Mungkin akan segera didatangi oleh utusan Tuhanku (yakni malaikatul maut)dan Aku harus menerimanya, Aku Tinggalkan kalian semua dua perkara berat,
Yang Pertama Kitabullah yang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya.
Maka ambillah, amalkanlah dengan berpedoman kepada Kitabullah itu dan berpeganglah

Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Dan juga ahli baitku(keluargaku)", 
Aku memperingatkan kalian semua untuk bertaqwa kepada Allah dalam memuliakan ahli baitku, (keluargaku)"
Hushain lalu menyela: "Siapakah ahli baitnya itu, hai Zaid, bukankah istri-istrinya itu  ahli baitnya?" Zaid menjawab: "ya!, juga orang orang yang diharamkan menerima sedekah setelah Beliau wafat" lalu Hushain bertanya lagi: "Siapa saja mereka?"
Zaid menjawab: "Mereka adalah keluarga / keturunan Ali, Aqil, Ja'far Abbas."
Hushain bertanya lagi: "Apakah mereka diharamkan menerima sedekah?"
Zaid menjawab: "ya, Benar!"
(HR - Muslim)

 Kemudian:
Dari Ibnu Umar r.a dari Abu Bakar As-Shiddiq r.a Ia berkata: "Peliharah kehormatan Nabi Muhammad SAW, dengan memuliakan Ahli Baitnya (keluarganya).
(HR Bukhari)

 Di dalam Alquran ( Al- Hujarat:13)
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
(Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kalian )
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui (tentang kalian) lagi Maha Mengenal (apa yang tersimpan di dalam batin kalian)

 Dan Apabila Memuliakan keluarga Nabi dan keturunannya seperti disebutkan hadits diatas itu termasuk bagian dari taqwa, maka kita bisa tentukan sendiri bagaimana harus bersikap kepada Ahli Bait. wallahu a'lam.

 Detiap sholat kita selalu berdoa di dalam Tahiyyat untuk Nabi Muhammad dan Keluarganya. Allahumma sholli ala (sayyidina) Muhammad wa ala aali (sayyidina) Muhammad.

 Ada juga yang berpendapat jika kita memuliakan anak cucu keturunan Nabi itu termasuk menduakan Allah (syirik) , menurut saya ya.. terserah mereka. bagi saya memulikan sesuatu selain Allah tentunya berbeda, dalam lisan dan perbuatan. terkadang kita terbentur dalam bahasa.
Bagi yang memang tidak sejalan atau punya pendapat berbeda  bahasa bisa dijadikan tolak ukur sebagai suatu kesalahan. misalnya: di dalam shalat ketika sebagain orang menggunakan "sayyidina" didalam bacaan tahiyyat (shalawat) , dianggap memuliakan selain Allah.  dan menjadikan tidak sahnya shalat. wallahu a'lam. 

Marilah kita sikapi perbedaan pendapat sebagai suatu anugrah, seringkali dan tanpa kita sadari kita menggunakan hak Tuhan untuk menilai ibadah seseorang, sah atau tidaknya, di terima / tertolak ibadah seseorang itu hak Allah SWT.

Boleh saja kita menvonis menghukumi sesuatu disaat kita sedang mendidik./ sedang mngajar  suatu pelajaran, misalnya dalam hal pelajaran Fiqih, ketika tidak sesuai dg ajaran fiqih yg kita pelajari tentu kita katakan tidak sah. akan tetapi ketika org lain yg diluar dr kaidah kitab fiqih yg sedang kita pelajari. tentunya tidak ada hak kita untuk memvonis / menghukumi mereka. dan jika ada perbedaan dan kita kurang ilmu untuk memahaminya , Seyogyanya kita bertanya kepada mereka yg di rasa sdh menguasai ilmunya.
Terkecuali kita termasuk orang orang yang sombong karena merasa sdh hafal ribuan hadits dan ribuan ayat Al-quran. lalu merasa tahu dan memahami segala hal.

Islam itu Rahmatan lil'alamin sikap baik tidak hanya kepada sesama muslim saja, Apalagi terhadap sesama muslim, Almuslimuuna Ikhwatun, (sesama muslim itu bersaudara), kal jasadil wahid (bagaikan satu tubuh,  Al-muslimuna akhul muslim.(islam bersaudara dengan islam).

Kebenaran, sah atau tidaknya suatu ibadah, diterima atau tertolak ibadah seseorang , semua milik dan hak paten Allah. wallahu a'lam




 wassalamu'alaikum warah matullahi wabarakatuh.

Apabila bermanfaat silahkan Like! dan Share!! !

Comments
0 Comments

0 comments:

Catat Ulasan