Beberapa hal yang paling greget di akhir tahun 2015

Beberapa peri[h]stiwa di tahun 2015, Terutama yang masih terngiang adalah peristiwa yang lain dr yang lain. Bukan saja karena peristiwa baik atau buruknya yg tentu saja tergantung dari cara pandang yang berbeda. walau sedikit telat sebenarnya saya menulis ini , ya semua karena disadari atau tidak, Tahun baru sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita, terlepas dari fatwa fatwa haram / halalnya kita menyikapi tahun baru, tapi bukan ini dongs yang kita bahas..

Yuk! kita mulai dari yang sampai saat ini masih anget-anget kuku:
Campur Racun FPI vs Bupati Purwakarta.

Entah dari mana asal muasal persoalannya hingga saling lapor ke polisi, Kang dedi [sapaan akrab Bupati Purwakarta] dengan tuduhan penistaan Agama, karena banyak disetiap pidatonya tidak mengawali dengan Assalamu'alaikum tetapi dengan Sampurasun atau ketua FPI dengan tuduhan makar dan pelecehan budaya dengan plesetan campur racun. Sehingga terciptalah larangan ketua FPI sambangi tanah sunda, lalu sweeping terhadap kang Dedi di TIM. Terlepas dari siapa yang benar, hanya Allah lah yang tahu. kita sebagai masyarakat sedikit terhibur juga dengan menonton youtube, ikut ber twitwar dengan adu argument di berbagai status maupun komentar di facebook.

Nikita Mirzani yang siap pakai

Tertangkapnya Nikita Mirzani dan Puty Revita karena jebakan Polisi, tentang bagaimana media-media mendramatisir berita tersebut. dengan menggunakan kata "siap pakai, telanjang, bugil" seakan akan pembaca tidak bisa lagi menggunakan imajinasi dan logika, ketika seorang lelaki dan perempuan berhubungan sek dikamar mereka tidak perlu telanjang atau bugil.

Tentu saja mereka menulis dengan mendramatisir untuk mendatangkan pengunjung atau klik, belum lagi bagaimana reaksi masyarakat wabil khusus para netizen, mereka menghujat habis-habisan, seakan Nikita bukan lagi perpempuan yang punya martabat, sementara mereka yang menhujat adalah ahli surga.

Barangkali memang beginilah masyarakat barbar seperti di Indonesia: dosa orang lain direcoki, tapi dosa sendiri dilupakan sambil haha-hihi. Apalagi kalau dosa itu sudah berhubungan dengan selangkangan dengan figur utamanya seorang perempuan, wuidih, semua orang mendadak (merasa) bersih dari segala dosa. Semua orang adalah juru tafsir agama.

Bongkar Prostitusi Artis, Hal barukah ini ?, Padahal sebenarnya Prostitusi artis bukanlah barang baru, seakan sudah menjadi modus klasik.
Mustahil dongs kalau Polisi ga paham dunia yang satu ini, Lha wong kita yang bukan Intel saja tahu,, ya kan.. ? saya sendiri denger hal begituan dari tahun 90an sewaktu di jakarta dulu sering denger koq, ada mba' ET inget ga iklan vitamin C, ah.. pokoknya gitu deh..
Lalu pertanyaanya kenapa ga dari dulu kan ya.. diberantas selalu di cicil .

Seks memang nafsu yang paling “sosial”. Secara naluriah [jangan ngomong moral dulu], kita bisa “turut bergembira” melihat orang lain yang sedang memenuhi nafsu seksnya. Kita punya hasrat kesenangan walaupun sekadar untuk menontonnya. Itulah kenapa ada pornografi. Ada industri bokep dengan omzet jutaan dolar. Ada Vivid. Ada Miyabi. Ada Enny Arrow. Ada 17tahundotcom, ceritaserudotcom, ceritadewasadotcom, pondokputridotcom, dan sebagainya [apal banget sih ya?].

Nah, karena saking sosialnya nafsu yang satu itu, ia jadi begitu canggih buat menyedot perhatian. Ia jadi empuk sebagai bahan berita dengan judul-judul menggemaskan, dan juga legit buat stok pengalihan isu, yang bisa dengan gampang ditembakkan sewaktu-waktu. Sebab, selama kita menyimak berita heboh terkait seks, sejujurnya kita tidak cuma sedang mengupdate berita. Namun, imajinasi kita juga… ehm, diajak bertamasya.

Makanya, ketika semua ketawa ngakak mendengar pernyataan resmi-tapi-norak dari kepolisian kemarin itu, saya yang arif dan waskita ini justru lekas-lekas ambil kuda-kuda, penuh sikap waspada. Bayangkan saja, “Dia (Nikita Mirzani) sudah dalam keadaan siap dipakai,” kata Kombes Pol Umar Fana dari Bareskrim Polri.

Sudah banyak yang menduga, permainan sesungguhnya sekarang ini dilancarkan oleh mesin raksasa bernama Freeport Indonesia, yang kemarin dipantau oleh jutaan pasang mata tapi lantas sepi gara-gara Nikita. Atau oleh orang-orang besar di Jakarta yang ketar-ketir karena “tidak bersih lingkungan” gara-gara berisik rekaman di MKD. atau… ya orang-orang MKD sendiri.

Sementara, pada saat yang bersamaan, para komentator cum hakim ini tidak menuntut pengungkapan nama tiap pejabat pengguna jasa prostitusi (artis) yang konon juga sudah dikantongi polisi.

Atau jangan-jangan para pejabat ini dilindungi oleh undang-undang perlindungan konsumen?
nah loh!, jadi panjang kan kalau sudah bahas seputar situ .

Pray For Paris

Ini aksi terorisme yang keji dan sama sekali tidak bermoral. Tapi saya tidak akan membahas peristiwa itu, saya ingin mengingatkan puan dan tuan tentang debat Pray For Paris yang terjadi dan mewarnai linimasa kita berhari-hari. Peristiwa ini menunjukkan bahwa di sini, di negeri ini, bersolidaritas sekalipun mesti taat aturan. Jadi kalau belum bisa baris-berbaris dengan rapi, jangan coba-coba bersolidaritas.

Cermati saja rentetan kalimat nyinyir yang ditujukan kepada mereka yang mengganti foto profil Facebook-nya dengan bendera Prancis: “Kalau Paris saja pada solidaritas, waktu warga Papua dibunuhi tentara pada kemana?”, “Setiap saat rakyat Palestina, Suriah dll terkena bom, kok tidak bersolidaritas?”, dan seterusnya, dan sebagainya.

Sekali lagi, akankah kita mesti bersuara untuk setiap isu, bersolidaritas untuk semua peristiwa, berkomentar untuk setiap kasus kemanusiaan, baru anda akan dapat legitimasi untuk bertindak sesuai kehendak (nurani) Anda.

Kematian Angeline

Angeline, gadis kecil yang diculik, disiksa, diperkosa, dibunuh, dan akhirnya dikuburkan di halaman belakang rumahnya sendiri. Ketika berita Angeline diculik dan belum ketahuan di mana keberadaannya, banyak orang beramai-ramai bersimpati dan menyalahkan orang tuanya yang tidak bertanggungjawab. Begitu juga ketika ia ditemukan sudah meninggal. Banyak orang mengecam dan menjadi begitu murung dengan simpati seputar Angeline.

Sayangnya, dari sana juga menunjukkan hal yang lain. Ketika ada kekerasan sampai pembunuhan, orang ramai-ramai mengecam di media sosial. Tapi ketika kekerasan terhadap anak terus terulang, sebagian kita kadang memilih diam diri bahwa urusan semacam itu bukan urusan kita alias urusan rumah tangga orang lain. Baru ketika seseorang sudah menjadi korban dan meninggal, ramai-ramai simpati muncul. Cermati saja berita-berita kekerasan terhadap anak yang berulang kali terjadi.

Foto Jokowi dan Suku Anak Dalam

Di republik ini, foto-foto Jokowi ketika mengunjungi Suku Anak Dalam [SAD] jauh lebih menjadi pokok perdebatan ketimbang tawaran Jokowi untuk merumahkan SAD dan kaitannya dengan semakin habisnya hutan tempat tinggal mereka. Latar belakang pertemuan di perkebunan sawit pun sedikit sekali menjadi bahan diskusi. Yang didebatkan cuma foto-foto Jokowi dan warga SAD yang diduga sudah diskenariokan terlebih dahulu.

Setelah saya pikir-pikir, hasrat untuk berkomentar di republik ini memang lebih tinggi ketimbang hasrat untuk berpikir. Padahal kalau mau bersolidaritas dan berempati kepada warga SAD, kebijakan Jokowi tersebut bisa dikritik, semakin habisnya hutan tempat tinggal mereka bisa dipersoalkan, kian meluasnya kebun sawit juga bisa digugat. Tapi, ya memang, sih, bersolidaritas ke suku pedalaman tidak lebih seksi ketimbang mencaci Jokowi yang plonga-plongo di mana setiap hembusan nafasnya adalah lahan untuk mendengki.

itu saja yang bisa kutulis, walau sudah terasa telat, tetapi luapan atau ungkapan mesti tersalurkan,
terlepas dari berbagai peristiwa demi peristiwa di tahun kemaren hendaklah pelajaran buat kita untuk menyikapi segala hal, akankah kita selalu menyalahkan orang lain dan menganggap kitalah yang berhak menghuni surga.

ide sebagian di ambil dari :
mojok
mohon maaf jika ada kesalahan dan kekurangan, saya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa. wal afwu minkum tsummas salam alaikum wr.wb.

Apabila bermanfaat silahkan Like! dan Share!! !

Related Posts:

Comments
0 Comments

0 comments:

Catat Ulasan